Jumat, 29 Desember 2017

Teks Eksposisi Lengkap: Pengertian, Struktur, Unsur Kebahasaan, Contoh

Teks Eksposisi



Definisi

Eksposisi biasa digunakan seseorang untuk menyajikan gagasan. Gagasan tersebut dikaji oleh penulis atau pembicara berdasarkan sudut pandang tertentu. Untuk menguatkan gagasan yang disampaikan, penulis atau pembicara harus menyertakan alasan-alasan logis. Dengan kata lain, ia bertanggung jawab untuk membuktikan, mengevaluasi, atau mengklarifikasi permasalahan tersebut.
Bentuk teks ini biasa digunakan dalam kegiatan ceramah, perkuliahan, pidato, editorial, opini, dan sejenisnya.

Membedakan Fakta dan Opini
Dalam menyampaikan argumen, pembicara atau penulis dapat menggunakan fakta dan alasan-alasan yang logis. Fakta-fakta disajikan dalam kalimat fakta, sedangkan alasan yang logis disajikan dalam kalimat opini.
Coba kamu contoh kalimat-kalimat berikut ini.

Kalimat fakta: Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia hingga tanggal 13 mei 2013 mencatat ada 158.812 narapidana dan tahanan di Indonesia, yang 51.899 orang di antaranya terkait kasus narkoba.
Kalimat opini: Sebagai generasi muda, calon penerus perjuangan bangsa, sudah seharusnya kita menyiapkan diri menjadi generasi yang berkualitas.
Kalimat fakta
Kalimat opini
Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi penebangan hutan seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas kota Jakarta). Hal ini juga diikuti oleh punahnya flora dan fauna langka.
Dari hal itu dapat dibayangkan betapa besar kerusakan alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar, konsumsi sumber daya alam dan polusi yang meningkat, sedangkan teknologi saat ini belum dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian alam, atau disebut pembangunan yang tidak berkelanjutan.
Seharusnya, konsep pembangunan adalah memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.
Pada tahun 2005 - 2006 tercatat terjadi 330 bencana banjir, 69 bencana tanah longsor, 7 bencana letusan gunung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami.
Bencana alam lain yang menimbulkan jumlah korban banyak terjadi karena praktik pembangunan yang dilakukan tanpa memerhatikan potensi bencana.


 


Struktur Teks Eksposisi


Teks eksposisi merupakan teks yang dibangun oleh pendapat atau opini. Sejalan dengan isi teks eksposisi, struktur teks eksposisi meliputi
a)     tesis atau penyataan pendapat,
b)     argumentasi, dan
c)      penegasan ulang.
Tesis atau pernyataan pendapat adalah bagian pembuka dalam teks eksposisi. Bagian tersebut berisi pendapat umum yang disampaikan penulis terhadap permasalahan yang ditangkat dalam teks eksposisi.
Argumentasi merupakan unsur penjelas untuk mendukung tesis yang disampaikan. Argumentsi dapat berupa alasan logis, data hasil temuan, fakta-fakta, bahkan pernyataan para ahli. Argumen yang baik harus mampu mendukung pendapat yang disampaikan penulis atau pembicara.
Penegasan ulang, yaitu bagian yang bertujuan menegaskan pendapat awal serta menambah rekomendasi atau saran terhadap permasalahan yang diangkat.


Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi

1.     Menggunakan Istilah
      istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu; sebutan; nama; kata atau ungkapan khusus.
2.     Menggunakan kata sifat
Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang khusus menerangkan kata benda.
Contoh : Ia cantik sekali. (Kata ’cantik’ adalah KS sebab menerangkan KB ’ia’;
tetapi kata ’sekali’ adalah K Ket karena menerangkan KS cantik).
Ciri Adjektiva atau Kata Sifat (KS)
a.     Dapat diberi kata keterangan seperti ’agak, sangat, paling, atau sekali’.
Contoh : cantik ^ sangat cantik
b.     Dapat membentuk konstruksi “se + KS diulang + -nya“
Contoh: cantik ^ secantik-cantiknya.



3.      Menggunakan kata Afiksasi (berimbuhan).
Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan cara pemberian imbuhan baik berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) afiks gabung, maupun konfiks.
4.      Menggunakan kata verba (kata kerja)
Berdasarkan jenis predikatnya ada dua jenis kalimat yaitu (1) kalimat verbal yakni kalimat yang perdikatnya berwujud KK atau frasa benda dan (2) sedangkan kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya selain kata kerja.
Berikut diuraikan tentang pembagian kalimat verbal.
·        Kalimat aktif transitif (ekatransitif) harus mempunyai Obyek.
Contoh: Ia membaca buku pelajaran. (S P O)
·        Kalimat dwitransitif yaitu kalimat yang membutuhkan kehadiran obyek dan pelengkap.
Contoh: Ibu menjahitkan adik saya baju baru. (S P O Pel)
·        Kalimat semitransitif yaitu yang boleh diikuti obyek boleh juga tidak.
Contoh : Adik menulis atau Adik menulis cerita. (S P , S P O )
·        Kalimat aktif intransitf yaitu kalimat yang tidak menggunakan obyek.
Wujudnya bisa:
a. S-P : Adik tidur siang.
b. S-P-Pel (Pel wajib hadir) : Polisi bersenjatkan pistol.
c. S-P-Pel (Pel boleh ada, boleh tidak) : Ayah berdagang atau Ayah berdagang buah-buahan.
·        Kalimat Pasif
Ada dua jenis Predikat kalimat pasif (1) KK berimbuhan ter-, ke-an, atau –di, dan (2) pasif persona yaitu gabungan kata ganti dan kata kerja.
Contoh : Adik dimarahi ibu.
Buku ini aku pinjam (S= buku ini, P = aku pinjam). P-nya pasif persona.
Kalimat nominal berperdikat selain KK, berarti dapat berwujud KB/FB, KS/FS, Kbil/FBil, atau F.Prep.
Contoh: Ibunya seorang guru (P= FB)
Adikku cantik sekali. (P = FS)
Kambingku lima ekor. (P = F.Bil.)
Ia di sana. (P= F.Prep.)

Contoh Teks Eksposisi

Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup
Permasalahan seputar lingkungan hidup selalu terdengar mengemuka. Kejadian demi kejadian yang dialami di dalam negeri telah memberi dampak yang sangat besar. Tidak sedikit kerugian yang dialami, termasuk nyawa manusia juga. Namun, hal yang perlu dipertanyakan, apakah pengalaman tersebut sudah cukup menyadarkan manusia untuk melihat kesalahan dalam dirinya? Ataukah manusia justru merasa lebih nyaman dengan sikap menghindar dan menyelamatkan diri dengan tidak memberikan solusi yang lebih baik dan lebih tepat lagi?
Banyak usaha yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Upaya yang dimaksud adalah upaya rekonsiliasi, perubahan konsep atau pemahaman tentang alam dan menanamkan budaya pelestari.
Upaya Rekonsiliasi
Kerusakan lingkungan hidup dan efeknya terus berlangsung dan terjadi. Manusia cenderung untuk menangisi nasibnya. Lama-kelamaan tangisan terhadap nasib itu terlupakan dan dianggap sebagai embusan angin yang berlalu. Bekas tangisan karena efek dari kerusakan lingkungan yang dialaminya hanya tinggal menjadi suatu memori untuk dikisahkan. Namun, perlu diingat bahwa tidaklah cukup jika manusia hanya sebatas menangisi nasibnya, tetapi pada kenyataannya tidak pernah sadar bahwa semua kejadian tersebut adalah hasil dari suatu perilaku dan tindakan yang patut diperbaiki dan diubah.
Setiap peristiwa dan kejadian alam yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan hidup merupakan suatu pertanda bahwa manusia mesti sadar dan berubah. Upaya rekonsiliasi menjadi suatu sumbangan positif yang perlu disadari. Tanpa sikap rekonsiliasi, kejadian-kejadian alam sebagai akibat kerusakan lingkungan hidup hanya akan menjadi langganan yang terus-menerus dialami.
Lalu, usaha manusia untuk selalu menghindarkan diri dari akibat kerusakan lingkungan hidup tersebut hendaknya bukan dipahami sebagai suatu kenyamanan saja. Akan tetapi, justru kesempatan itu menjadi titik tolak untuk memulai suatu perubahan. Perubahan untuk dapat mencegah dan meminimalisasi efek yang lebih besar. Jadi, sikap rekonsiliasi dari pihak manusia dapat memungkinkannya melakukan perubahan demi kenyamanan di tengah-tengah lingkungan hidupnya.
Perubahan Konsep Manusia Tentang Alam
Salah satu akar permasalahan seputar kerusakan lingkungan hidup adalah terjadinya pergeseran pemahaman manusia tentang alam. Berbagai fakta kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di tanah air adalah hasil dari suatu pergeseran pemahaman manusia tentang alam. Cara pandang tersebut melahirkan tindakan yang salah dan membahayakan. Misalnya, konsep tentang alam sebagai objek. Konsep ini memberi indikasi bahwa manusia cenderung untuk mempergunakan alam seenaknya. Tindakan dan perilaku manusia dalam mengeksplorasi alam terus terjadi tanpa disertai suatu pertanggungjawaban bahwa alam perlu dijaga keutuhan dan kelestariannya.
Banyak binatang yang seharusnya dilindungi justru menjadi korban perburuan manusia yang tidak bertanggung jawab. Pembalakan liar yang terjadi pun tak dapat dibendung lagi. Pencemaran tanah dan air sudah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan. Polusi udara sudah tidak disadari bahwa di dalamnya terdapat kandungan toksin yang membahayakan. Jadi, alam merupakan objek yang terus menerus dieksploitasi dan dipergunakan manusia.
Berdasarkan kenyatan demikian, diperlukan suatu perubahan konsep baru. Konsep yang dimaksud adalah melihat alam sebagai subjek. Konsep alam sebagai subjek berarti manusia dalam mempergunakan alam membutuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. Di sini seharusnya manusia dalam hidupnya dapat menghargai dan mempergunakan alam secara efektif dan bijaksana. Misalnya, orang Papua memahami alam sebagai ibu yang memberi kehidupan. Artinya alam dilihat sebagai ibu yang darinya manusia dapat memperoleh kehidupan. Oleh karena itu, tindakan merusak lingkungan secara tidak langsung telah merusak kehidupan itu sendiri.

Kamis, 28 Desember 2017

Keanekaragaman Hayati

Definisi


Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Gampangnya, keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup.Makhluk hidup dapat dijumpai di berbagai lingkungan. Pada lingkungan terdapat faktor abiotik yang mempengaruhinya, seperti topografi, geologi, dan iklim. Penyebaran makhluk hidup pada kondisi lingkungan abiotik yang berbeda memberi kemungkinan adanya keanekaragaman hayati. Hewan dan tumbuhan yang hidup di darat berbeda dengan yang hidup di perairan. Perbedaan itu misalnya pada warna, bentuk dan ukuran. Perbedaan tersebutlah yang menimbulkan keanekaragaman. Selain faktor lingkungan, keanekaragaman dapat disebabkan oleh faktor gen.

Berbagai tingkat keanekaragaman hayati

1.  Keanekaragaman Gen


    Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia terkecil yang merupakan unit dasar yang membawa faktor keturunan. Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis (species) makhluk hidup yang menyebabkan variasi antarindividu sejenis, contohnya adalah keanekaragaman gen pada manusia.
    Keanekaragaman gen dapat terlihat pada perbedaan sifat antara lain pada warna mata (biru, hitam, cokelat), warna kulit (hitam, putih, kuning, sawo matang), ukuran tubuh, dan bentuk rambut (lurus, ikal, dan keriting) keanekaragaman sifat tersebut disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut gen. variasi gen pada makhluk hidup menyebabkan sifat genotip dan fenotip pada setiap makhluk hidup berbeda.
    Keanekaragaman gen dapat terjadi karena perkawinan antara makhluk hidup sejenis (satu species) dimana susunan gen keturunannya berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk menghasilkan keanekaragaman individu dalam satu species.

Keanekaragaman yang menyebabkan variasi antar individu yang masih berada dalam tingkat spesies yang sama. Contohnya : kelapa macamnya yaitu kelapa gading; kopyor; hidrid; dan kelR; sedani; wulu; dan kapuas.

b. Keanekaragaman tingkat spesies.



Menimbulkan perbedaan bentuk, penampak-an antara satu spesies dengan yang lain.
Species atau jenisnya beda , jadi 2 nama dalam penulisan bahasa latinnya beda .
Pantera tigris , Pantera pardus  Keduanya macan namun beda spesies meskipun Genus sama
Jadi inilah yang disebut keanekaragaman species atau jenis
Contoh: macan, harimau, kucing, ikan lele, gurameh. Jika dikawinkan tak menurunkan keturunan karena emang beda species

Keanekaragaman tingkat jenis adalah perbedaan-perbedaan pada berbagai species makhluk hidup di suatu tempat. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba. Misalnya: Variasi dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat.


c. Keanekaragaman tingkat ekosistem.


Disebabkan oleh perbedaan komponen abiotik dan biotik penyusun ekosistem.Contoh: ekosistem waduk sempor, rawa jombor, danau Toba, sawah, hutan tropis.
B.  Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
    Makhluk hidup yang mempunyai ciri yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok, dan apabila ditemukan perbedaan ciri dan sifat maka akan dipisahkan lagi ke dalam kelompok yang lain. Kegiatan klasifikasi ini akan menghasilkan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan jenjang yang berbeda. Pengelompokkan klasifikasi pada tingkat yang berbeda atau pada takson yang berbeda disebut taksonomi. Semakin tinggi jenjangnya maka anggotanya semakin banyak, akan tetapi persamaan sifat yang dimiliki anggotanya semakin sedikit.

1.  Tujuan dan manfaat klasifikasi
    Keanekaragaman hayati yang melimpah akan sulit untuk dipelajari. Sehingga dilakukan pengelompokkan (klasifikasi) makhluk hidup. Tujuan dilakukannya klasifikasi antara lain:

  1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya.
  2. Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis agar mudah dikenali.
  3. Menyederhanakan objek studi agar mudah dikenali.
  4. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup.
  5. Mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
    Klasifikasi memiliki manfaat penting yang langsung dapat diterapkan bagi kepentingan manusia. Manfaat klasifikasi makhluk hidup bagi manusia sebagai berikut.

  1. Klasifikasi dapat memudahkan kita untuk mempelajari organisme yang beranekaragam.
  2. Klasifikasi dapat digunakan untuk melihat hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup yang satu dengan yang lain. Misalnya hubungan kekerabatan antara harimau dan kucing daripada dengan komodo.
Sistem klasifikasi yang digunakan sampai sekarang adalah sistem yang disusun oleh Robert H. Whittaker yang dikenal dengan sistem lima kingdom, sebagai berikut:

  1. Kingdom Monera, merupakan organisme yang memiliki tipe sel prokariotik yang terdiri dari bakteri dan Cyanobacteria.
  2. Kingdom Protista, yang merupakan organisme eukariotik bersel tunggal yang terdiri dari protozoa dan algae.
  3. Kingdom Fungi adalah organisme eukariotik bersel banyak yang mampu menguraikan makanan dan menyerapnya.
  4. Kingdom Plantae adalah organisme eukariotik bersel banyak yang dapat melakukan fotosintesis (Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta).
  5. Kingdom Animalia adalah hewan eukariotik bersel banyak yang bersifat heterotrof (Porifera, Platyhelminthes, Coelenterata, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata).
Kategori takson yang sering digunakan dalam praktik sehari-hari ada tiga sebagai berikut.

  1. Familia (suku), yaitu takson yang mencakup sejumlah genus (marga) dengan spesies-spesiesnya yang dianggap berasal dari nenek moyang yang sama.
  2. Genus (marga), yaitu takson yang mencakup sejumlah spesies yang menunjukan persamaan dalam struktur alat reproduksi.
  3. Species (jenis), merupakan populasi yang setiap individunya memiliki persamaan sifat morfologi, anatomi, maupun fisiologi yang diturunkan ke generasi berikutnya.

2.  Tahapan Klasifikasi
    Dalam menyusun klasifikasi makhluk hidup harus melalui beberapa tahapan ilmiah, tahapan tersebut antara lain.

  1. Pengamatan sifat makhluk hidup. Proses awal klasifikasi adalah pengamatan berupa identifikasi makhluk hidup satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri makhluk hidup itu diamati dan dikelompokan berdasarkan bentuk morfologi, anatomi, dan fisologi.
  2. Pengelompokan makhluk hidup berdasarkan ciri yang diamati. Hasil pengamatan kemudian dilanjutkan ke tingkat pengelompokan makhluk hidup yang didasari ciri-ciri dan sifat atau persamaan dan perbedaan makhluk hidup yang diamati.
  3. Pemberian nama makhluk hidup. Pemberian nama makhluk hidup adalah hal yang penting dalam klasifikasi. Ada berbagai sistem penamaan makhluk hidup antara lain dengan sistem tata nama binominal nomenclature.

3.  Sistem tata nama binominal nomenclature (sistem tata nama ganda)
    Sistem tata nama binominal nomenclature adalah pemberian nama ilmiah pada makhluk hidup dengan dua kata. Kata pertama menunjukkan genus (marga), sedangkan kata kedua menunjukan spesies (jenis). Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dengan menulis nama jenis dengan sistem tata nama binominal sebagai berikut.

a.  Nama jenis (species)
    Nama jenis untuk hewan dan tumbuhan terdiri atas dua kata tunggal dan biasanya dari bahasa latin. Kata pertama menunjukan nama marga (genus) sedangkan kata kedua menunjukan jenis (species). Cara penulisan kata pertama (marga) diawali dengan huruf besar, sedangkan kata kedua (jenis) diawali dengan huruf kecil. Contohnya tanaman jagung nama speciesnya (jenis) adalahZea mays, dimana Zea adalah marga dan mays menunjukan species atau jenisnya. Demikian juga dengan species burung merpati nama speciesnya adalah Columbia livia, Columbia menunjukan marga (genus) dan Livia menunjukan nama jenis (species). Perlu diingat dalam menuliskan nama jenis (species) makhluk hidup ditulis dengan huruf cetak miring atau digaris bawahi agar dapat dibedakan dengan nama atau istilah yang lain

b.  Nama Marga (genus)
    Nama marga tumbuhan maupun hewan terdiri atas suku kata yang merupakan kata benda berbentuk tunggal (mufrad). Huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar dan kata bercetak miring, misalnya marga tumbuhan Solanum (terong-terongan), marga hewan Felis (kucing), marga hewan Canis (anjing), dan sebagainya.

c.  Nama suku (familia)
    Nama suku umumnya merupakan kata sifat yang dijadikan sebagai kata benda yang berbentuk jamak. Biasanya berasal dari nama makhluk hidup yang bersangkutan. Apabila tumbuhan maka ditambahkan akhiran aceae, misalnya nama suku Solanaceae,berasal dari kata solanum yang ditambah akhiran aceae, sedangkan untuk hewan ditambahkan dengan idea, contohnya nama sukuFelidea berasal dari kata Felis yang ditambahkan akhiran idea.

d.  Nama bangsa (ordo)
    Nama bangsa diambil dari nama genus yang ditambah akhiran ales, contoh ordo Zingiberales berasal dari genus Zingiber yang ditambah akhiran ales.

e.  Nama kelas (Classis)
    Nama kelas diambil dari nama genus yang ditambah akhiran nae, misalnya untuk genus Equisetum maka nama kelasnya menjadi Equisetinae, atau bisa juga diambil dari ciri khas organisme tersebut, misalnya chlorophyta(ganggang hijau) dan Mycotina (jamur).

C.  Keanekaragaman Hayati di Indonesia
    Indonesia secara astronomis terletak antara 60 LU -110 LS dan 950 BT – 1410 BT. Yang artinya indonesia termasuk negara yang memiliki iklim tropis yang memiliki ciri-ciri antara lain temperatur udara yang cukup tinggi, dengan curah hujan antara 700 -7000 mm/tahun.
    Indonesia memiliki kurang lebih 47 jenis ekosistem alami yang berbeda mulai dari ekosistem salju yang terdapat di ketinggian sampai hutan daratan rendah dan padang rumput.
    Kekayaan jenis hewan di indonesia memiliki jumlah keanekaragaman yang tinggi dibandingkan negara lain di antaranya hewan mamalia yang hampir mencapai 515 jenis dengan 125 jenis diantaranya endemik (tidak ditemukan di daerah lain). Jenis kupu-kupu meliputi 151 jenis, reptil 600 jenis, amfibi 270 jenis, sedangkan burung mencapai 1519 jenis dan 420 jenis bersifat endemik.

1.  Keanekaragaman flora di Indonesia
    Indonesia termasuk dalam kawasan flora malenesia yang meliputi Malaysia, Filipina, Papua nugini, dan kepulauan salomon. Persebaran jenis tumbuhan di indonesia tidaklah merata, pulau kalimantan dengan hutan hujan tropisnya merupakan daerah yang mempunyai keanekaragaman tumbuhan paling tinggi. Selain itu sumatra dan papua juga kaya dengan jenis tumbuhan. Sementara itu, hutan di jawa, sulawesi, dan maluku mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang lebih sedikit.
    Hutan di daerah malenesia memiliki kurang lebih 248.000 species tumbuhan tingkat tinggi. Kebanyakan jenis Dipterocarpaceae(tumbuhan yang menghasilkan biji). Dipterocarpaceae membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae diantaranya adalah Meranti (Dipterocarpus sp), Kayu garu (Shorea sp), Kayu kapur (Drybalanops aromatica).
    Sebagian hutan di indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis yang bercirikan pepohonan rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat). Tumbuhan yang mendominasi hutan antara lain durian (Durio zibethinus), Mangga (Mangifera indica), suku (Artocarpus communis),dan Rotan (Calamus calsius) Jenis tumbuhan ini banyak tersebar di sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
    Di Indonesia juga ada tumbuhan endemik. Tumbuhan endemik yaitu tumbuhan yang hanya ada di Indonesia dan tidak terdapat di negara lain. Contoh tumbuhan endemik Indonesia yaitu Rafflesia arnoldi yang endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh.

2.  Keanekaragaman fauna di Indonesia
    Indonesia memiliki persebaran fauna yang tidak merata. Persebaran fauna di Indonesia pada awalnya dibagi manjadi dua zona zoogeografi yang dibatasi oleh garis wallace yang diperkenalkan oleh Alfred Russell Wallace yang membagi wilayah indonesia menjadi dua wilayah persebaran fauna yaitu zona oriental dan zona Australian.

a.  Fauna daerah Oriental
    Fauna daerah oriental meliputi wilayah pulau jawa, sumatra, dan kalimantan. Fauna kawasan oriental memiliki ciri-ciri antara lain.

  1. Banyak mamalia berukuran besar seperti gajah (Elephas maximus), banteng (Bos sondaicus), harimau (Phantera tigris), dan badak (Decerorrhinus sumatrensis)
  2. Terdapat berbagai macam kera seperti bekantan (Nasapis larvatus), dan orang utan (Pongo pygmaeus abeii).
  3. Terdapat burung-burung yang warna kurang menarik tetapi dapat berkicau. Misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa, elang putih, (mycrohyerax latifrons), murai mengilap (Myophoneus melurunus).

b.  Fauna daerah Australian
    Fauna daerah Australian meliputi daerah pulau papua, maluku, sulawesi, dan nusa tenggara. Ciri-ciri hewan australian sebagai berikut.

  1. Terdapat mamalia yang berukuran tubuh kecil.
  2. Terdapat hewan berkantong, misalnya kanguru (Dendro lagus ursinus), dan kuskus (Spiloeus maculatus).
  3. Tidak ditemukan spesies kera.
  4. Terdapat burung-burung yang memiliki warna semarak, misalnya cendrawasih merah (Paradisaea rubra).
    Contoh satwa yang terdapat di daerah Australian sebagai seperti komodo (Varanus komodoensis), babirusa (Babyroussa babyrussa), kanguru pohon (Dendrogalus ursinus), dan kuskus (Phalanger sericeus)

c.  Fauna daerah peralihan
    Fauna peralihan meliputi daerah sulawesi sampai kepulauan maluku. Beberapa contoh hewan yang termasuk dalam kelompok fauna peralihan seperti anoa (Pendrogalus inustus), maleo (Macrocephalon maleo), rangkong sulawesi (Aceros cassidia), musang cokelat sulawesi (Macrogalidia musschenbroeki), dan siagapuar timur (Tarsius spectrum).

3.  Manfaat Keanekaragaman Hayati
    Untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari keanekaragaman hayati manusia perlu mempelajari keanekaragaman hayati. Manfaat yang diperoleh dalam mempelajari keanekaragaman hayati antara lain:

  1. Mengetahui manfaat dari setiap jenis organisme.
  2. Mengetahui saling ketergantungan di antara organisme satu dengan lainnya.
  3. Memahami ciri dan sifat setiap organisme.
  4. Memahami hubungan keanekaragaman hayati dalam mendukung kelangsungan hidup manusia.
    Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh indonesia sangat bermanfaat dan mempunyai nilai tertentu. Adapun nilai dan manfaat keanekaragaman hayati sebagai berikut.

a.  Nilai Ekonomi
    Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan negara. Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya kayu gaharu dan cendana untuk industri kayu, padi dan kedelei untuk industri makanan dan sebagainya.

b.  Nilai Biologis
    Keanekaragaman hayati dapat menunjang kehidupan bagi makhluk hidup termasuk manusia, tumbuhan dapat menghasilkan O2 yang diperlukan makhluk hidup untuk bernapas. Nilai biologis yang penting adalah hutan sebagai gudang dari plasma nuftah (plasma benih).

c.  Nilai Ekologi
    Keanekaragaman hayati pada suatu daerah berperan besar untuk menjaga proses ekosistem, seperti daur zat dan aliran energi. Keanekaragaman hayati hutan hujan tropis penting sebagai paru-paru bumi dimana fotosintesis dapat menurunkan kadar CO2 yang menyebabkan pencemaran udara.

d.  Nilai Pendidikan
    Dalam tubuh makhluk hidup terdapat sumber gen. Kelestarian keanekargaman hayati merupakan syarat untukmenjaga tersediannya plasma nuftah atau sumber gen dan membuka peluang untuk mengembangkan penelitian.

e.  Nilai Sosial
    Keanekaragaman hayati memberikan pemandangan alam yang indah sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat-tempat yang masih alami.

f.  Nilai Religius
    Keanekaragaman hayati juga memiliki fungsi untuk mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan yang telah menciptakan alam raya.

4.  Pengaruh kegiatan manusia terhadap keanekaragaman hayati
    Kegiatan manusia sangat berpengaruh terhadap kelansungan dari keanekaragaman hayati. Beberapa kegiatan manusia yang dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati diantaranya:
a.  Pencemaran lingkungan baik itu air, tanah, dan udara yang salah satunya berasal dari limbah pabrik atau rumah tangga.
b.  Perusakan habitat akibat pembukaan hutan seperti penebangan hutan serta perusakan terumbu karang.
c.  Eksploitasi sumber daya alam hayati yang berlebihan.
d.  Adanya budidaya monokultur yang berdampak negatif karena memusnahkan tanaman sejenis yang kurang unggul.
e.  Penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida.
    Namun terdapat juga kegiatan manusia yang bermanfaat untuk meningkatkan keanekaragaman hayati seperti penghijauan atau reboisasi dan kawin silang sehingga menghasilkan varietas baru.

5.  Pelestarian keanekaragaman hayati
    Akibat eksploitasi hutan hujan tropis menjadi lahan pertanian serta penggundulan hutan, berdampak besar pada hilangnya sumber daya alam hayati. Banyak jenis tumbuhan dan hewan yang terancam punah. Indonesia sebagai bagian dari ekosistem dunia turut ikut membantu pelestarian sumber daya alam hayati. Usaha pelestariaan sumber daya alam hayati di Indonesia diantaranya.
a.  Pelestarian in situ, yaitu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat aslinya. Contoh suaka margasatwa untuk komodo di Taman Nasional Komodo di pulau komodo dan Taman Nasional Ujung Kulon.
b.  Pelestarian ex situ, yaitu upaya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan dengan memindahkannya ke tempat lain yang lebih cocok bagi perkembangan pertumbuhannya.

Tabel Periodik Unsur

BAB II SISTEM PERIODIK UNSUR




Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur-Unsur
Pengelompokan unsur-unsur mengalami perkembangan dari yang paling sederhana hingga modern. Sejarah perkembangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut;

Logam dan Nonlogam
Para ahli kimia Arab dan Persia pertama kali mengelompokkan unsur-unsur menjadi dua, yaitu Lugham (logam) dan Laysa lugham (non logam). Unsur logam yang dikenal saat itu ada 16 unsur, diantaranya besi, emas, perak, seng, nikel dan tembaga. Sementara unsur non logam yang dikenal ada 7, yaitu arsen, hidrogen, nitrogen, oksigen, karbon, belerang, dan fosfor.

Hukum Triade Dobereiner

Pada tahun 1829, John Wolfgang Dobereiner, ahli kimia dari Jerman melihat adanya kemiripan sifat diantara beberapa unsur. Dobereiner mengelompokkan unsur-unsur tersebut menurut kemiripan sifat yang ada. Ternyata setiap kelompok terdiri atas tiga unsur (sehingga disebut triade).

Unsur-unsur dalam satu triade juga disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya. Berdasarkan aturan tersebut massa atom relatif unsur unsur kedua merupakan rata-rata dari massa atom relatif unsur pertama dan ketiga. Penemuan ini memperlihatkan adanya hubungan antara massa atom relatif dengan sifat-sifat unsur.

Pengelompokan ini ternyata memiliki kelemahan. Kemiripan sifat tidak hanya terjadi pada tiga unsur dalam tiap kelompok.

Hukum Oktaf Newlands
Tahun 1864, A.R. Newlands, seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris mengemukakan penemuannya yang disebut hukum oktaf. Berdasarkan hukum ini unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur-unsur yang berselisih 1 oktaf (misalnya, unsur H dengan unsur kedelapan yaitu F pada tabel 2.2) menunjukkan kemiripan sifat dan keteraturan perubahan sifat unsur. Hukum Oktaf menyatakan ” jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor massa atom, sifat unsur tersebut akan berulang pada unsur kedelapan”.

Pada saat daftar Oktaf Newlands disusun, unsur-unsur gas mulia belum ditemukan. Pengelompokan ini ternyata hanya sesuai untuk unsur-unsur ringan dengan massa atom relatif rendah.

Hukum Mendeleyev
Tahun 1869, sarjana bangsa Rusia Dmitri Ivanovich Mendeleyev, mengadadakan pengamatan terhadap 63 unsur yang sudah dikenal saat itu. Mendeleyev menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur fungsi periodik diketahui dari massa atom relatifnya. Hal ini berarti jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya. Akibat cara pengelompokan ini terdapat tempat-tempat kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempat-tempat kosong ini diramalkan akan diisi unsur-unsur yang waktu itu belum ditemukan. Di kemudian hari ramalan itu terbukti dengan ditemukannya unsur-unsur yang mempunyai kemiripan sifat. Unsur-unsur tersebut yaitu germanium di bawah silikon dan galium di bawah aluminium.

Sistem periodik Mendeleyev masih mempunyai kelemahan-kelemahan. Kelemahan sistem periodik Mendeleyev yaitu;

Penempatan unsur tidak sesui dengan kenaikan massa atom relatifnya. Hal ini terjadi karena penempatan unsur mempertahankan kemiripan sifat unsur dalam satu golongan
Masih banyak unsur yang belum dikenal pada masa itu sehingga banyak tempat kosong dalam tabel.
Sistem Periodik Modern
Tahun 1914, Henry G.J. Moseley, ahli kimia dari Inggris menemukan bahwa urutan unsur dalam tabel periodik sesuai kenaikan nomor atom. Sistem periodik modern yang disebut juga sistem periodik bentuk panjang, disusun menurut kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Sistem periodik modern ini dapat dikatakan sebagai penyempurnaan sistem periodik Mendeleyev.

Sistem periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal (golongan) dan lajur horizontal (periode). Golongan disusun menurut kemiripan sifat, sedangkan periode disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya.






Lajur Vertikal (golongan)
Golongan ditulis dengan angka Romawi, terdiri atas 19 golongan. Unsur-unsur yang berada pada lajur vertikal dikelompokkan dalam satu golongan. Unsur-unsur yang berada dalam satu golongan mempunyai persamaan sifat karena mempunyai elektron valensi (elektron di kulit terluar) yang sama.

Pada sistem unsur periodik modern (sistem periodik panjang) ada delapan golongan utama dan delapan golongan transisi.

Golongan A (Golongan Utama)
Golongan utama terdiri atas delapan golongan unsur sebagai berikut :

Golongan IA : Alkali terdiri atas unsur-unsur H, Li, Na, K,Rb, Cs , Fr

Golongan IIA : Alkali tanah terdiri atas unsur-unsur Be, Mg, Ca, Sr,

    Ba, dan Ra

Golongan IIIA : Aluminium terdiri atas unsur-unsur B, Al, Ga, In, Ti

Golongan IVA : Karbon terdiri atas unsur-unsur C, Si, Ge, Sn,Pb

Golongan V A : Nitrogen terdiri atas unsur-unsur N, P, As, Sb, Bi

Golongan VIA : Oksigen terdiri atas unsur-unsur O, S, Se, Te, Po

Golongan VIIA : Halogen terdiri atas unsur-unsur F, Cl, Br, I, At

Golongan VIIIA : Gas mulia terdiri atas unsur-unsur He, Ne, Ar, Kr,

     Xe dan Rn

Unsur yang berada dalam satu golongan mempunyai kemiripan sifat atau hampir sama. Hal ini karena elektron valensi unsur-unsur tersebut sama. Misalnya pada golongan IA bersifat logam lunak, mudah bereaksi dengan air, dan warnanya putih seperti perak.

Tabel unsur-unsur golongan IA

Unsur Susunan Elektron Elektron Valensi

3Li 2. 1 1

11Na 2. 8. 1 1

19K 2. 8. 8. 1             1

37Rb 2. 8. 18. 8. 1             1

55Cs 2. 8. 18. 18.8. 1 1

87Fr 2. 8. 18. 32. 18. 8. 1 1

Golongan transisi atau golongan tambahan (golongan B)
Golongan transisi (Golongan B), yaitu IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB, IB, dan IIB, dimulai dari periode 4. Golongan B terletak di antara golongan IIA dan IIIA. Khusus golongan VIIIB terdiri atas tiga lajur vertikal.
Unsur transisi yang mengisi periode empat merupakan unsur logam, misalnya krom, besi, nikel, tembaga, dan seng. Unsur-unsur logam dan unsur non logam dibatasi secara tegas dengan garis tebal.

Sebanyak 20 unsur non logam terpusatkan di daerah sudut kanan ke bawah.

Unsur-unsur yang paling reaktif terletak di sebelah kiri dan kanan

Dalam tabel periodik. Unsur-unsur yang kurang reaktif berada di tengah. Natrium (Na) dan Kalium (K) merupakan dua unsur logam yang sangat reaktif, terletak di daerah paling kiri. Logam-logam reaktif lainnya berada pada golongan II. Logam-logam yang kurang reaktif berada di tengah pada tabel periodik tersebut, misalnya besi (Fe) dan tembaga (Cu).

Unsur unsur non logam yang tidak reaktif pada sistem periodik berada di tengah, yaitu karbon (C), silikon (Si), belerang (S) dan oksigen (O) yang terletak di sisi kanannya bersifat lebih reaktif. Unsur-unsur nonlogam yang paling reaktif yaitu flourin (F) dan klorin (Cl). Kedua unsur itu terletak pada sisi kanan atas sistem periodik.

Golongan Transisi Dalam, ada dua deret yaitu :
Deret Lantanida (unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan 57La)
Deret Aktinida (unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan 89Ac)
Pada periode 6 golongan IIIB terdapat 14 unsur yang sangat

Mirip sifatnya, yaitu unsur-unsur Lantanida. Demikian juga pada

Periode 7 golongan yang sama, terdapat unsur-unsur Aktinida.

Unsur-unsur tersebut ditempatkan tersendiri pada bagian bawah

Sistem periodik.

Lajur Horisontal (periode)
Periode ditulis dengan angka Arab, terdiri atas 7 periode berikut;
 Periode 1 berisi 2 unsur

Periode 2 berisi 8 unsur

Periode 3 berisi 8 unsur

Periode 4 berisi 18 unsur

Periode 5 berisi 18 unsur

Periode 6 berisi 32 unsur

Periode 7 berisi 32 unsur

Teks Anekdot

Pengertian


Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang lucu dan menghibur yang mungkin merupakan pengalaman dari seseorang. Teks Anekdot bertujuan untung menghibur pembacanya.

Struktur Teks Anekdot

Anekdot memiliki struktur teks yang yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi,orientasi ,krisis,reaksi, koda.
1.      Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks.
2.      Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
3.      Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
4.      Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
5.      Koda merupakan penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.

Contoh analisis struktur teks anekdot.
Aksi Maling Tertangkap CCTV
Teks
Struktur
Seorang warga melapor kemalingan.

Abstraksi

Pelapor : “Pak saya kemalingan.”
Polisi : “Kemalingan apa?”
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntungPak...”

Orientasi

Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.”

Krisis
Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”
Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan.
Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”

Reaksi
Pelapor : (hanya bisa pasrah tak berdaya).

Koda

Pola Penyajian Teks Anekdot

Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Contoh penyajian dalam bentuk dialog, percakapan dua orang atau lebih, dapat dilihat pada anekdot Dosen yang menjadi Pejabat.
Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya.

Perhatikan kutipan berikut ini.
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”

Kutipan anekdot di atas digunakan kalimat langsung yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(a) Diawali dan dakhiri dengan tanda petik ( “ ....”)
(b) Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf kapital.
(c) Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
Selain dituliskan dalam bentuk dialog seperti pada anekdot Dosen yang menjadi Pejabat, ada juga anekdot yang disajikan dalam bentuk narasi. Coba bandingkan bagaimana penulisan kalimat langsung dalam anekdot berikut ini.

Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
“Apakah benar,” teriak Jaksa, “Bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.
“Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” ulang pengacara.
Saksi masih tidak menanggapi.
Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
“Oh, maaf.” Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda.”

Menganalisis Kebahasaan Anekdot

Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki fitur kebahasaan yang khas yaitu
a)      menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu,
b)      menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban,
c)      menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu, dan sebagainya,
d)      menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, berjalan, dan sebagainya;
e)      menggunakan imperative sentece (kalimat perintah); dan
f)       menggunakan (kalimat seru).
g)      Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk drama atau dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.

Contoh analisis kaidah kebahasaan dalam teks anekdot Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Kaidah Kebahasaan
Teks
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
Kalimat retoris
“Apakah benar,” teriak Jaksa, “Bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu
Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
Penggunaan kata kerja aksi
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.
Penggunaan kalimat perintah
“Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
Penggunaan kalimat seru
“Oh, maaf.”




Protista Lengkap : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Strulktur, Cara Reproduksi, Gambar, Peranan

Protista Pengertian Protista Kingdom Protista adalah makhluk eukariotik paling sederhana, tetapi lebih kompleks dalam hal struk...