Pengertian
Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang lucu dan menghibur yang mungkin merupakan pengalaman dari seseorang. Teks Anekdot bertujuan untung menghibur pembacanya.
Struktur Teks Anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang yang membedakannya
dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi,orientasi ,krisis,reaksi,
koda.
1.
Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan
latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks.
2.
Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah
pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang
menjadi penyebab timbulnya krisis.
3.
Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti
peristiwa suatu anekdot. Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang
menggelitik dan mengundang tawa.
4.
Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas
krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap
mencela atau menertawakan.
5.
Koda merupakan penutup atau kesimpulan sebagai
pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar,
ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian
ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah.
Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.
Contoh analisis struktur teks anekdot.
Aksi Maling Tertangkap CCTV
Teks
|
Struktur
|
Seorang warga melapor kemalingan.
|
Abstraksi
|
Pelapor : “Pak saya kemalingan.”
Polisi : “Kemalingan apa?”
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntungPak...”
|
Orientasi
|
Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas.
Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.”
|
Krisis
|
Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”
Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap polisi dengan penuh
keheranan.
Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
|
Reaksi
|
Pelapor : (hanya bisa pasrah tak berdaya).
|
Koda
|
Pola Penyajian Teks Anekdot
Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi.
Contoh penyajian dalam bentuk dialog, percakapan dua orang atau lebih, dapat
dilihat pada anekdot Dosen yang menjadi Pejabat.
Salah satu ciri dialog adalah menggunakan kalimat langsung.
Kalimat langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung
dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya.
Perhatikan
kutipan berikut ini.
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar
selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Kutipan anekdot di atas digunakan
kalimat langsung yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(a) Diawali dan dakhiri dengan tanda petik ( “ ....”)
(b) Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf
kapital.
(c) Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan
dengan tanda titik dua (:).
Selain dituliskan dalam bentuk
dialog seperti pada anekdot Dosen yang menjadi Pejabat, ada juga anekdot yang
disajikan dalam bentuk narasi. Coba bandingkan bagaimana penulisan kalimat langsung
dalam anekdot berikut ini.
Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada puncak
pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
“Apakah
benar,” teriak Jaksa, “Bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi
dalam kasus ini?”
Saksi
menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.
“Bukankah
benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
ulang pengacara.
Saksi masih
tidak menanggapi.
Akhirnya,
hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
“Oh, maaf.”
Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia tadi berbicara
dengan Anda.”
Menganalisis Kebahasaan Anekdot
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki fitur kebahasaan
yang khas yaitu
a)
menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa
masa lalu,
b)
menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan
yang tidak membutuhkan jawaban,
c)
menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang
menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu, dan sebagainya,
d)
menggunakan kata kerja aksi seperti menulis,
membaca, berjalan, dan sebagainya;
e)
menggunakan imperative sentece (kalimat
perintah); dan
f)
menggunakan (kalimat seru).
g)
Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk
drama atau dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.
Contoh analisis kaidah kebahasaan dalam teks anekdot Kisah
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Kaidah Kebahasaan
|
Teks
|
Kalimat yang
menyatakan peristiwa masa lalu
|
Pada puncak
pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
|
Kalimat
retoris
|
“Apakah
benar,” teriak Jaksa, “Bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi
dalam kasus ini?”
|
Penggunaan
konjungsi yang menyatakan hubungan waktu
|
Akhirnya,
hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
|
Penggunaan kata kerja aksi
|
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.
|
Penggunaan
kalimat perintah
|
“Pak, tolong
jawab pertanyaan Jaksa.”
|
Penggunaan
kalimat seru
|
“Oh, maaf.”
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar